Monday, May 5, 2014

Cerpen - Bangku Taman



Bangku Taman

            Mata cewek itu terus saja menatap bangku taman yang ada di depannya. Ia selalu ingat kekasihnya jika melihat bangku itu. Air mata mulai mengalir deras di pipinya. Orang-orang pun banyak yang heran melihatnya. Tapi ia tidak memperdulikan orang-orang itu. Lalu salah satu orang menghampirinya.
“Adik baik-baik saja?” Tanya orang itu.
            Cewek bernama Bela itu sedikit terkejut melihat kedatangan orang itu. Lalu dengan suaranya yang sedikit berat menjawabnya.
“Saya baik-baik saja Pak?” jawab Bela.
            Mendengan jawaban Bela, orang itu segera bergegas meninggalkan Bela.
            Bela lalu kembali menatap bangku taman itu. Semua kenangan indah di bangku  itu sangat sulit untuk dilupakan. Saat tertawa, saat bercanda, saat berbagi cerita. Bahkan awal pertemuannya dengan kekasihnya itu pun ada di bangku taman itu. Baginya, kekasihnya itu sangatlah berarti di hidupnya. Tapi takdir berkata lain. Kadang kala ia berpikir, untuk apa Tuhan mempertemukan dua orang tetapi hanya berakhir dengan perpisahan?
            Sebelum kejadian tragis itu, mereka pasangan yang sangatlah serasi. Bela merupakan cewek yang setia. Sedangkan kekasihnya bernama Faris juga cowok yang sangat setia dan juga sangatlah romantis. Bela selalu ingat saat terakhir ia bertemu dengan kekasihnya di bangku taman itu. Saat itu, ia sedang bercanda dengan kekasihnya.
“Kamu cantik banget deh hari ini?” ujar Faris merayu Bela.
“Masak sih?” Tanya Bela sambil tersipu malu.
“Iya bener. Kayak bidadari yang baru turun dari surga deh,” jawab Faris sambil senyum-senyum.
“Iihh, kamu tuh, gombal banget deh!” kata Bela sambil mencubit bahu Faris dengan mesra.
“Beneran kok? Kamu tuh cantik banget. Bidadari aja kalah cantiknya sama kamu.,” rayu Faris lagi.
“Udah, udah. Jangan gombal terus.”
“iya sayang!”
            Mereka saling bercanda. Namun tiba-tiba Faris merasakan sakit yang amat sangat di kepalanya. Sekelilingnya pun mulia terlihat gelap.
“Yank? Kamu kenapa?” Tanya  Bela dengan panik.
            Tetapi Faris hanya diam saja. Ia merasakan sakit yang amat sangat. Dan akhirnya ia pun pingsan.
“Fariiisss!!!”
            Bela berteriak ketika melihat kekasihnya Faris pingsan.
            Bela segera membawa Faris ke rumah sakit. Tetapi semuanya sudah terlambat. Faris sudah meninggal dunia akibat kanker otak. Bela yang mendengarnya pun sangat syok. Selama ini, ia tidak pernah tahu akan penyakit yang di derita kekasihnya itu. Karena ia tidak pernah bercerita.
*****
            Begitulah kejadian tragis itu. Bela masih ingat secara rinci kejadian itu. Ia takkan penah melupapakannya. Bela masih tetap termenung menatap jauh ke depan. Matahari yang sudah hampir terbenam seakan ikut larut dalam kesedihan. Ia masih saja duduk mematung di bangku taman itu. Air mata itu semakin deras mengalir di pipinya. Ia tak sadar bahwa sedari tadi ia diperhatikan oleh seseorang dan mencoba mendekat lalu menyapanya.
“Bela? Ngapain kamu disini?” Tanya seseorang itu yang ternyata adalah teman baik Bela.
“Wulan, aku ingat sama Faris. Aku ingin melihatnya lagi disini.” Jawab Bela sambil menangis.
“Bela…Faris itu sudah meninggal dunia. Dia tidak akan bisa kesini lagi. Kamu harus bisa melupakannya. Kamu gak bisa hidup seperti ini terus. Kamu harus melanjutkan hidup kamu yang lebih baik lagi dari saat ini. Kamu gak bisa terus seperti ini.” Kata Wulan panjang lebar.
“Wulan, mungkin menurut kamu Faris sudah meninggal dunia. Tapi menurutku Faris masih hidup Wulan. Ia masih tetap ada dihatiku. Ia masih saja ada di pikiranku. Aku gak bisa Wulan. Aku gak bisa melupkannya.”
            Tangis Bela pun semakin menjadi-jadi. Air matanya pun semaki deras mengalir di pipinya. Wulan yang melihatnya merasa sangat bersalah telah menyinggung perasaannya.
“Bela…Maksudku bukan begitu. Kamu tuh masih punya masa depan? Kamu harus melanjutkan hidup kamu. Kamu gak bisa terus-terusan seperti ini Bela?”
“Kamu takkan pernah mengerti dengan perasaanku Wulan? Takkan pernah.”
            Wulan hanya diam mendengar perkataan Bela itu. Ia tah tahu harus berkata apa lagi.
“Baiklah Bela, pokoknya aku sudah memperingatkanmu. Aku harap kamu bisa berubah. Aku juga berharap kamu bisa melanjutkan hidup kamu lebih baik lagi dari saat ini. Dan tidak memikirkan Faris itu lagi. Ingat Bela, Faris sudah meninggal dunia. Dia takkan bisa kembali lagi.” Ucap Wulan kemudian segera meninggalkan Bela.
            Tetapi Bela masih saja diam mematung di bangku taman itu. Ia tidak memperdulikan kepergian Wulan. Ia terus saja menangis. Bangku taman di dapannya itu benar-benar mengingatkannya kembali akan kenangan itu. Kenangan manis yang takkan pernaih ia lupakan. Ia kembali teringat saat ia sakit dan kekasihnya itu selalu mendampinginya.
“Ayo dong yank? Di makan ya?” kata Faris yang berusaha meyuapkan bubur kepada Bela saat ia terbaring di rumah sakit.
“Nggak yank, aku gak mau, gk enak,” jawab Bela menolaknya.
“Harus di paksakan dong yank? Biar cepat sembuh. Nanti kalau kamu tidak sembuh-sembuh, yang melihat matahri terbenam di taman itu siapa lagi? Kan biasanya Cuma kita?” rayu Faris agar Bela mau makan buburnya.
            Bela yang mendengarnya tersipu malu. Memang jika Faris sudah merayu seperti itu, hati Bela akan luluh, ia takkan bisa menolak lagi kemauan Faris.
“Iya yank, aku mau kok makan buburnya.” Kata Bela sambil tersipu malu.
“Nah, gitu dong. Kalau seperti itu kan aku jadi semakin cinta sama kamu,” ujar Faris sambil tersenyum.
“Iihh, kamu tuh, kumat lagi deh gombalnya.”
            Faris yang mendengarnya pun tertawa terbahak-bahak.
******
            Yah, kenangan itu sangatlah sulit untuk dilupakan. Selamanya akan ia simpan kenangan itu. Karena takkan ada lagi dia yang selalu menelponnya. Takkan ada lagi dia yang selalu mengsmsnya. Takkan ada lagi ucapan selamat pagi, selamat malam ataupun selamat tidur untuknya. Takkan ada lagi canda tawanya. Takkan ada lagi lelucon yang membuatnya tertawa. Takkan ada lagi tatapan yang selalu membuat jantungnya berdebar.
            Lagi-lagi air mata itu mengalir deras di pipinya. Air mata itu seakan tak habis-habisnya keluar dari matanya. Ia kembali teringat, tak ada lagi yang bisa menghapus air matanya saat ia menangis. Takkan ada lagi genggaman tangannya yang selalu membuat ia kuat akan setiap masalah yang menghampirinya. Takkan ada lagi pelukan yang membuatnya tentram dan merasa aman bila didekatnya.
            Kini, semuanya hilang begitu saja. Faris adalah cowok yang paling sempurna di matanya. Tapi ia mulai sadar, ia tidak akan terus-terusan seperti ini. Wulan benar, ia harus bisa melupakan Faris. Ia harus melanjutkan hidupnya. Ia harus menjalani semua aktivitasnya seperti biasa.
“Iya, aku harus bangkit. Aku harus bisa melupakan Faris. Wulan benar, aku harus melanjutkan hidupku lebih baik lagi dari saat ini. Hidupku masih panjang. Aku harus berubah,” gumam Bela dalam hati.
            Ia mulai bangkit dari duduknya. Ia pun mengusap air matanya. Ia mulai meneguhakan hatinya untuk mulai melupakan Faris. Ia sadar, Faris sudah tidak ada dan ia takkan bisa kembali lagi.
“Terima kasih temanku Wulan. Kamu telah membuka pintu hatiku dan menyadarkanku,” gumam Bela lagi.
            Bela mulai melangkahkan kakinya untuk meninggalkan taman itu. Sejenak ia melihat ke arah matahari yang sudah terbenam di ufuk barat.
“Seiring berjalannya waktu, aku akan berusaha untuk kuat tanamu. Kamu tahu sekarnag matahari sudah terbenam? Aku masih ingat kita pernah berjanji saat matahari terbenam untuk tetap setia. Tapi kenapa kamu malah pergi meninggalkanku lebih dulu? Aku berjanji akan terus kuat dan tabah menghadapi semua ini. Aku akan berusaha sedikit demi sedikit melupakanmu. Karena aku tidak mau terus-terusan seperti ini. Aku harus melanjutkan hidupku. Tapi, aku takkan pernah melupakan semua kenangan indah kita di bangku taman ini. Takkan pernah.” Kata Bela sambil melihat matahari terbenam.
            Kemudian ia mulai meninggalkan taman itu dengan perasaan sedih tapi ia sangat yakin bisa melupkan kekasihnya itu. Dan bisa melanjutkan hidupnya dengan tenang dan bahagia.
TAMAT





0 komentar:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | hostgator reviews