Dahulu ada
seorang pemuda Madura yang merantau ke Jawa Timur. Pemuda itu bernama Sakera.
Ia merantau ke Jawa Timur untuk mengadu nasib. Merantau merupakan tradisi
orang-orang Madura.
ketika perjalanan
Sakera sampai di Rembang, Pasuruan, ia kagum dengan daerah itu.
“Wah,
sangat indah dan subur tanah disini!”
gumam Sakera.
Rembang
meupakan daerah dengan hamparan kebun-kebun tebu dan hijaunya persawahan yang
sangat luas. Sakera merasa jatuh cinta dengan tanah Rembang. Karena pemandangan
seperti itu tidak akan ia jumpai di kampung halamannya, di Madura. Tanaman
seperti padi pun enggan tumbuh di tanah Madura yang tandus dan berkapur.
Saat ia
memasuki rumah penduduk, ia merasa tak asing dengan penduduk Rembang karena
memang sebagian dari penduduknya berasal dari Madura. Akhirnya ia pun
memutuskan untuk menetap di Rembang.
Untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, Sakera pun melamar pekerjaan di perkebunan tebu milik
Belanda. Karena postur tubuh Sakera yang tinggi besar membuat Belanda
mempercayainya untuk bekerja sebagai mandor dan bertugas mengawasi pengairan
lahan perkebunan tebu.
Hari-hari
Sakera saat bekerja sangat menyenangkan. Bagaimana tidak, bekerja sambil
memandangi hamparan kebun-kebun tebu yang luas membuat hati Sakera senang dan
tenteram.
“Wah, betapa
bahagianya aku bisa berkerja disini. Sejuk, indah, tenteram. Hhhhmmmm!” desah
Sakera membatin.
Beberapa hari
setelah Sakera bekerja sebagai mandor di perkebunan tebu milik Belanda itu,
Sakera bertemu dengan seorang pemuda yang bernama Brodin yang juga sama-sama
dari Madura. Mereka pun akhirnya berteman baik karena merasa cocok.
Bukan hanya
itu, beberapa bulan kemudian Sakera bertemu dengan seorang gadis Rembang yang
sangat cantik dan anggun.
“Siapakah
gerangan gadis itu? Dia sangat cantik!” gumamnya dalam hati.
Sakera jatuh
cinta dengan gadis itu. Akhirnya ia pun memberanikan diri mendekati gadis itu.
“Hei, nama kamu
siapa?” tanya Sakera seketika setelah menghampiri gadis itu.
Gadis itu
terlihat bingung dengan kemunculan Sakera yang tiba-tiba. Tetapi ia tetap
menjawab pertanyaan Sakera tersebut.
“Eemmmm, nama
saya Marlena!” jawab gadis itu.
“Ee, rumah kamu
dimana?” tanya Sakera lagi.
“Rumah saya di
sekitar sini, mas!” jawab Marlena lalu tersenyum manis.
Sakera begitu
terpana dengan senyuman manis Marlena. Senyuman itu membuat hati Sakera luluh
berbunga-bunga.
“Permisi dulu
ya, Mas. Saya mau bekerja” pamit Marlena.
“Oh, iya. Nama
saya Sakera. Kalau kamu butuh bantuan, kamu bisa memanggil saya. Saya pasti
bisa membantu kamu.” Ucap Sakera menawarkan diri.
“Iya, Mas.
Terima kasih. Saya permisi dulu, Mas!” kata Marlena lalu pergi meninggalkan
Sakera.
Sakera melihat
kepergian Marlena dengan hati yang cerah. Dia benar-benar jatuh cinta dengan
Marlena.
Sejak perkenalan
singkat itu, Sakera pun semakin akrab dengan Marlena. Mereka sering sekali
ngobrol-ngobrol berdua sambil jalan-jalan ditengah hamparan kebun tebu yang
luas. Sakera juga sering mengunjungi rumah Marlena hanya sekedar untuk
mengobrol dengan Marlena.
Suatu hari
Sakera mengungkapkan perasaannya ke Marlena saat berada di Rumahnya.
“Marlena,
sebenarnya ada sesuatu yang ingin aku ungkapkan kepadamu?” ucap Sakera serius.
“Apa itu
Sakera?” ucap Marlena penasaran.
“Ee, sebenarnya
selama ini aku sangat menyukaimu, Marlena. Aku jatuh cinta sejak pertama aku
melihatmu. Setiap hari aku selalu terbayang-bayang oleh senyum manismu, dan wajahmu
yang cantik jelita. Marlena, aku sangat mencintaimu. Maukah kau menikah
denganku?” Ungkap Sakera.
Marlena
terlihat tidak terkejut mendengar pengakuan Sakera tersebut.
“Baiklah,
Sakera. Aku mau menikah denganmu. Aku juga sangat mencintaimu.” Jawab Marlena.
Akhirnya Sakera
dengan Marlena pun menikah. Mereka menjadi pasangan yang sangat bahagia.
Meskipun mereka tidak mempunyai harta yang melimpah, tetapi kebahagiaan mereka
begitu besar tak tertandingi.
*****
Hari demi hari
pun telah Sakera lewati. Bersama Marlena sang istri yang sangat ia cintai, ia
hidup dalam kebahagiaan. Ia juga masih menjalani pekerjaannya sebagai mandor di
perkebunan tebu milik Belanda. Tetapi sekian lama bekerja di perkebunan itu,
Sakera baru menemukan ketidakjujuran para atasannya.
“Apa yang
mereka lakukan?” heran Sakera saat melihat atasannya melakukan kecurangan.
Awalnya ia hanya diam saja melihat kecurangan
yang dilakukan oleh atasannya kepada para pekerja tersebut. Tetapi kecurangan
itu terus berlanjut hingga gaji pekerja pun banyak yang dipotong, bahkan sampai setengahnya.
“Ini sudah
tidak bisa dibiarkan lagi. Aku harus bertindak!” gumamnya dalam hati ketika
melihat kelakuan para atasannya yang semakin menjadi-jadi.
Akhirnya Sakera
pun melakukan sebuah tindakan. Hatinya tergerak untuk menolong para pekerja. Ia
sadar, ia tidak bisa hanya berdiam diri saja tanpa berbuat sesuatu. Karena
dengan itu malah akan membuat Belanda semakin memperbesar kecurangannya.
Sakera mulai
mencari dalang dari kecurangan yang dilakukan oleh pegawai Belanda tersebut
kepada para pekerjanya. Ia bertanya-tanya kepada para pekerja. Ia berpikir
mungkin saja ada juga salah satu pekerja yang mengetahuinya.
Akhirnya
setelah sekian lama mencari tahu, Sakera pun berhasil menemukan dalang dibalik
kecurangan pegawai Belanda tersebut. Sakera lalu segera menemui pegawai
tersebut.
“Mohon maaf
sebelumnya, saya telah lancang datang kesini. Saya melihat anda telah melakukan
kecurangan terhadap pekerja di perkebunan ini. saya harap anda bisa
menghentikan kecurangan anda tersebut” kata Sakera kepada pegawai Belanda
tersebut.
“Hah, atas
dasar apa kau menuduhku? Aku tidak pernah melakukan itu!” jawabnya dengan nada
tinggi.
“Saya telah
melihatnya dengan mata kepala saya sendiri. Anda telah melakukan kecurangan.
Bahkan anda telah mengambil sebagian gaji para pekerja. Saya harap, anda bisa menghentikannya sebelum
terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.” Ucap Sakera lagi.
“Halah,
berani-beraninya kau menuduhku? Aku tidak pernah melakukan itu. Apa kau mau aku
adukan kau ke bos kalau kau telah menuduh atasannya berbuat kecurangan? Mau
kau?” jawab pegawai itu lagi sambil mengancam Sakera.
“Saya tidak
takut anda adukan ke bos. Silahkan saja. Karena saya sudah mempunyai banyak
bukti kalau anda telah melakukan banyak kecurangan kepada para pekerja.” Ucap
Sakera dengan lantang.
Pegawai itu
hanya diam saja mendengar Sakera berbicara seperti itu. Tetapi ia tetap saja
mengelak dan tidak terima dengan tuduhan Sakera. Akhirnya Sakera pun
meninggalkan pegawai tersebut.
Hari demi hari
telah Sakera lewati. Perseteruan antara ia dengan pegawai Belanda yang curang
itu pun semakin panas saja. Sampai suatu ketika perseteruan itu berujung pada
pertumpahan darah. Ketika itu Sakera bermaksud menuntaskan masalah kecurangan
yang dilakukan oleh pegawai Belanda tersebut.
“Anda sudah
saya peringatkan sebelumnya. Kalau anda harus menghentikan kecurangan yang anda
buat. Tapi apa? Anda malah semakin merajalela melakukan kecurangan tersebut.
Anda semakin membuat para pekerja menderita.” Ucap Sakera ke pegawai Belanda
itu saat berada didalam ruangannya.
“Hah, kau masih
tetap saja tidak bisa diam. Memangnya apa urusanmu jika aku berbuat curang?
Hah?” kata pegawai Belanda itu dengan emosi.
“Jika anda
tetap melakukan kecurangan tersebut, itu akan menjadi urusanku. Dan saya akan
terus memperjuangkan para pekerja.” Ucap Sakera tanpa ragu.
“Oohh, baiklah
kalau itu maumu. Sini kau, hadapi aku dulu?” kata pegawai Belanda itu sambil
mengambil ancang-ancang untuk berkelahi.
“Maaf, saya
kesini tidak untuk berkelahi” tolak Sakera.
“Halaaahh!”
teriak pegawai Belanda itu lalu memukul Sakera dengan keras.
Tetapi sebelum
pukulan itu menyentuh tubuh Sakera, ia segera menepis pukulan pegawai itu.
Pegawai itu segera naik pitam dan kembali mencoba memukul Sakera. Tetapi Sakera
tetap bisa menepis semua pukulan pegawai itu.
Akhirnya
pegawai Belanda itu semakin naik pitam. Kemudian dia mengancam Sakera dengan sebuah
pistol yang ia ambil dari saku belakangnya.
“Sakera, kau
telah membuatku marah besar. Sekarang kau harus mati!” ancam Sakera.
Tapi sebelum
pegawai Belanda itu melepaskan tembakannya, Sakera dengan cepat mengambil
clurit yang ia bawa kemudian langsung menyabetkan ke leher pegawai itu. Dan
akhirnya pegawai itu pun tewas seketika.
Ketika Sakera
keluar dari ruangan pegawai Belanda yang tewas itu, semua orang melihat Sakera
dengan sangat heran. Karena kondisi baju dan tangan Sakera yang penuh dengan
darah.
Salah seorang
pun mencoba melihat kedalam ruangan pegawai itu. Alangkah terkejutnya saat ia
melihat seorang pegawai yang tewas bersimbah darah di lantai. Ia pun segera
melaporkan kejadian tersebut keatasannya.
Dengan segera,
para pegawai lainnya pun menangkap Sakera untuk dijebloskan kedalam penjara.
“Hei, apa yang
kamu lakukan? Kenapa kau bunuh dia?” teriak sang pimpinan marah-marah.
“Dia telah
melakukan kecurangan terhadap para pekerja disini. Dia telah membuat para
pekerja menderita dan sengsara. Dan dia juga telah mencoba membunuhku. Akhirnya
aku bunuh dia untuk membela diriku sendiri!” ucap Sakera dengan lantang.
“Apa yang kau
bicarakan? Dia tidak akan melakukan semua itu? Kau harus dipenjara?” teriak
pimpinan Belanda itu tidak terima.
“Baiklah, aku akan
terima semuanya. Tapi anda harus tau. Aku tidak akan pernah menyerah untuk
terus berjuang membela para pekerja perkebunan ini yang telah kau tindas. Aku
tidak akan pernah menyerah. Dan satu lagi, anda harus tahu bahwa kita semua
kuat, kita tidak selemah yang kau kira. Kita bisa menghancurkan kalian semua!”
ucap Sakera menantang.
“Sudah, bawa
dia kedalam penjara!” suruh sang pimpinan kepada pegawai Belanda lainnya.
“Hidup Sakera,
Hidup Sakera……!”
Teriakan-teriakan
para pekerja perkebunan menghiasi kepergian Sakera. Mereka sangat mendukung
atas perjuangan Sakera dalam membela nasib mereka yang dipermainkan oleh
pegawai Belanda tersebut. Mereka juga bersuka ria atas tewasnya salah seorang
pegawai Belanda yang selama ini menyengsarakan hidup mereka. Kini mereka lebih
semangat untuk berjuang melawan para pegawai Belanda lainnya yang berbuat
curang.
Ketika Sakera
dibawa orang-orang belanda untuk dipenjarakan, Marlena istrinya muncul dengan
isak tangis.
“Suamiku,
jangan tinggalkan aku?” ucapnya smbil menangis.
“Maafkan aku,
istriku. Aku janji akan secepatnya kembali padamu.” Ucap Sakera.
Lalu Sakera
melihat Brodin temannya sedang berada disitu juga.
“Brodin
temanku. Maukah kau menjaga istriku untuk sementara ini?” pesan Sakera kepada
Brodin.
“Baiklah,
Sakera. Aku janji akan menjaga istrimu baik-baik.” Jawab Brodin.
Akhirnya Sakera
pun dimasukkan kedalam penjara.
*****
Setelah Sakera
dijebloskan kedalam penjara, Marlena istrinya selalu merasa kesepian. Ia rindu
dengan belaian suaminya Sakera. Tetapi ia juga sedikit lega karena Brodin,
teman Sakera, selalu mengunjunginya setiap pagi jika hendak berangkat kerja.
Setiap pagi juga Marlena selalu membuatkan sarapan untuk Brodin.
Kebiasaan
Brodin mengunjungi Marlena, terus berlangsung setiap hari. Bahkan bukan hanya
setiap pagi. Sepulang kerjanya pun Brodin juga selalu mengunjungi Marlena.
Sedangkan Marlena senang-senang saja karena mendapatkan perhatian meskipun
bukan dari suaminya, melainkan dari sahabat suaminya.
Tapi
lama-kelamaan perhatian yang diberikan Brodin itu lebih bersar daripada
perhatian Sakera selama ini. Marlena sangat senang dan bahagia mendapatkan
perhatian dari Brodin. Terlebih lagi semenjak Sakera dipenjara, Marlena selalu
merasa kesepian.
Pikiran Marlena
semakin kacau. Ia merasa berada dalam penantian yang tidak pasti. Bisa saja
Sakera dihukum seumur hidupnya dan tak akan bisa kembali lagi. Akhirnya setelah
memikirkan secara matang-matang, Marlena pun memutuskan untuk berusaha
melupakan Sakera. Kemudian ia akan mencoba membuka hatinya untuk seseorang yang
selama ini memberikan kasih sayang untuk dirinya, yaitu Brodin.
Sementara itu,
hal yang tak disangka-sangka pun terjadi. Sakera dibebaskan dari penjara karena
hasil penyelidikan kasus kecurangan pegawai Belanda yang sebelumnya dipakai
alasan Sakera telah menemukan titik terang. Dan akhirnya kasus tersebut
terungkap kebenarannya. Juga tak luput komplotan pegawai Belanda lainnya yang
telah melakukan kecurangan juga dijebloskan kedalam penjara.
Sakera sangat
bahagia bisa pulang ke rumahnya. Ia sudah sangat rindu pada istrinya Marlena.
Ia berpikir istrinya pasti akan terkejut saat melihatnya pulang. Namun bayangan
indah itu hilang dalam sekejap ketika baru saja ia menginjakkan kaki di
rumahnya, sakera melihat Marlena dengan Brodin sedang bermesraan.
“Apa-apaan
ini?” teriak Sakera.
Marlena dan
Brodin yang melihat kedatangan Sakera pun sangat terkejut. Mereka tak menyangka
Sakera bisa bebas. Brodin pun langsung lari meninggalkan rumah Sakera.
“Apa-apan ini,
istriku? Aku tak percaya kau menghianatiku? Selama ini aku telah setia
kepadamu? Tapi apa balasannya? Apa istriku? Kau malah menghianati cintaku
dengan berselingkuh dengan temanku sendriri?” ucap Sakera marah besar.
Sakera sangat
kecewa dengan istrinya yang telah menghianati kesetiaannya. Ia sama sekali tidak
percaya bahwa istrinya Marlena telah meragukannya dan tidak percaya lagi
dengannya. Sakera juga sangat kecewa dengan Brodin, temannya yang telah
dipercaya menjaga istrinya tetapi malah menghancurkan hidupnya berselingkuh
dengan Marlena.
Berhari-hari Sakera
tetap emosi. Sedangkan Marlena istrinya terus-menerus meminta maaf kepada
Sakera. Akhirnya Sakera pun memaafkannya. Karena ia sadar, kesalahan itu bukkan
sepenuhnya pada Marlena istrinya. Tetapi Brodinlah yang lebih bersalah. Sakera
pun memutusan mencari Brodin untuk menyelesaikan masalah ini.
Sakera mencari
Brodin kemana-mana. Tapi hasilnya nihil. Ia tidak bisa menemukan Brodin dengan
mudah. Tetapi ia tidak akan menyerah. Ia akan terus mencari Brodin sampai
ketemu.
Sementari
Sakera mencari Brodin. Brodin mendapat kabar tentang rencana Sakera tersebut
dari orang-orang kepercayaannya.
“Sakera telah
mencarimu kemana-mana. Sepertinya dia akan membunuhmu karena telah berselingkuh
dengan istrinya.” Kata orang yang membawa kabar itu.
“Ini tidak bisa
terjadi. Aku harus melakukan sesuatu.
Aku harus menemukannya dan membunuhnya terlebih dahulu sebelum dia
berhasil menemukanku kemudian membunuhku!” gumam Brodin dalam hati.
Segala macam
cara pun Brodin lakukan untuk menemukan Sakera. Ia menyuruh orang-orang kepercayaannya
untuk langsung membunuh Sakera jika menemukannya. Tetapi mereka selalu gagal.
Karena Sakera selalu dapat meloloskan diri dari mereka.
Akhirnya Brodin
pun menemukan cara yang dianggapnya ampuh.
“Aku tahu apa
yang harus aku lakukan. Hahahaha!” seru Brodin.
Brodin dengan
orang-orangnya membuat acara tayuban didaerah Rombo dengan mengudang semua
orang yang ada di Pasuruan. Ia yakin, Sakera juga akan datang ke acara
tersebut. Kerana Brodin tahu jika Sakera sangat suka jika ada acara tayuban.
Brodin pun
mempersiapkan acara tersebut. Ia membuat jebakan untuk Sakera. Ia membuat
lubang tepat di bawah panggung dan tak lupa juga melubang panggung tersebut.
Benar saja,
pada acara tayuban tersebut Sakera tampak datang dan sedang berdiri di depan
panggung diantara orang-orang yang mengahadiri acara tersebut sambil menikmati
alunan music yang dimainkan. Brodin pun segera melakukan aksinya. Ia segera
memerintahkan orang-orang suruhannya yang berada tidak jauh dari Sakera untuk
mengajak Sakera naik keatas panggung. Sakera yang tidak mengetahui rencana
busuk itu pun mau saja menurutinya tanpa ada rasa curiga sedikit pun.
Diatas
panggung, mereka asyik berjoget ria. Orang-orang suruan Brodin itu sedikit demi
sedikit mengarahkan Sakera tepat diatas lubang yang telah dibuat oleh Brodin.
Dan disaat Sakera sedang asyik menikmati alunan music sambil berjoget, panggung
yang tidak begitu kuat itupun roboh dan Sakera jatuh tepat kedalam lubang yang
telah disiapkan.
Brodin lalu
memerintahkan semua orang-orang suruhannya untuk mengambil batu dan
melemparkannya kedalam lubang.
“Cepat ambil
batu sebanyaknya dan lempar kedalam lubang itu!” perintah Brodin.
Semua orang pun
melemparkan batu kedalam lubang tanpa ampun.
“Hahahaha,
rasakan kau Sakera!” ucap Brodin penuh dengan kemenangan.
Akhirnya
setelah lama mereka melemparkan batu kedalam lubang, mereka pun masuk kedalam
lubang dan menemukan Sakeran sudah tewas terbunuh oleh batu mereka.
Mereka pun
mengambil jasad Sakera dan melemparkannya ke sungai Bekacak.
Berkat
kegigihan dan perjuangannya dalam membela para pekerja yang tertindas itu,
akhirnya masyarakat Pasuruan mengabdikan nama Sakera sebagai nama supporter
sepak bola kabupaten Pauruan, “Sakera Mania”.
TAMAT
0 komentar:
Post a Comment