Sore itu langit tampak
terlihat gelap. Angin mulai bergerak dengan kencang. Menggoyangkan pohon-pohon
yang ada dipinggir jalan. Rintik-rintik hujan pun mulai turun, dan mulai
membasahi bumi ini.
Sementara itu, seorang
gadis bernama Yulia berlari ke arah halte bus untuk berteduh.
“Duh, hujan lagi, hujan
lagi!” pekik Yulia.
Ia mulai membersihkan
pakaiannya karena sedikit basah dan kotor. Ia juga tampak gelisah karena hujan
saat itu sangat deras.
“Duh, bagaimana
pulangnya nih?” gumam Yulia.
Yulia sangat bingung
karena jika hujannya tidak segera reda, ia tidak akan dijemput oleh Ayahnya. Ia
mulai memikirkan bagaimana ia bisa pulang.
Tiba-tiba sebuah mobil
sedan berhenti di depannya. Lalu keluar seorang pemuda tampan yang membuat
Yulia sangat terkejut melihatnya.
“Hei! Yulia?” sapa
pemuda itu.
“Rafi? Apa kabar?” jawab
Yulia terkejut.
“Ya beginilah, Yul. Kamu
sendiri bagaimana?”
“Baik saja. Bagini
gimana?”
“Ya begini saja. Kuliah,
di rumah, main, itu-itu saja!”
“Pacar kamu bagaimana?”
“Hahaha…Aku gak punya,
Yul!” kata Rafi sambil ketawa lebar.
“Ahh, gak percaya!” kata
Yulia dengan manja.
“Beneran kok! Kalau aku
punya pacar, sudah pasti aku sekarang jalan sama pacarku!” ucapnya menjelaskan.
Yulia hanya tersenyum
manis mendengarnya.
Sejenak mereka berdua
terdiam. Kemudian Yulia menatap pemuda itu. Hatinya terasa bergetar, jantungnya
pun berdetak dengan kencang. Ia sangat bingung dengan perasaanya sekarang.
Aneh, itu lah yang dia rasakan sekarang. Tatapan mata itu sangat membuatnya gugup
dan bingung. Apakah ia telah jatuh cinta?
Sadar telah menatap Rafi
dalam-dalam, Yulia segera menundukkan kepalanya. Ia sangat malu, sehingga membuat pipinya
memerah.
“Kenapa pipi kamu
memerah?” tanya Rafi yang sadar melihat pipi Yulia
“Ngg…nggak, nggak papa!”
jawab Yulia dengan gugup.
Yulia kembali menatap
wajah tampan pemuda itu. Ada sebuah perasaan yang entah kenapa tiba-tiba muncul
begitu saja di hati Yulia.
“Nggak mungkin aku jatuh
cinta lagi sama Rafi. Dia kan masa laluku?” gumam Yulia dalam hati.
Memang, Rafi adalah
teman Yulia sewaktu SMA. Yulia sempat suka dengan Rafi. Tapi ia tidak berani
mengungkapkannya. Karena ia merasa, Rafi tidak akan menyukainya.
“Ayo, aku antar kamu
pulang!” ajak Rafi.
Ajakan Rafi itu
mengejutkan Yulia yang saat itu sedang melamun.
“Nggak usah, Rafi. Aku
bisa pulang sendiri,” tolak Yulia.
“Tapi, ini kan masih
hujan?” tanya Rafi lagi.
Yulia hanya diam saja
mendengarnya.
“Ya udah, ayo pulang!”
ajak Rafi sambil menarik tangan Yulia agar segera masuk ke dalam mobilnya.
Diperjalanan, Yulia
hanya terdiam saja. Tak bicara satu katapun. Rafi juga tidak bicara apapun.
Rafi pun juga merasakan hal yang sama, yaitu hati yang bergetar, jantung yang
berdetak dengan kencang dan perasaan yang sangat membingungkan.
Akhirnya mereka pun
sampai di rumah Yulia.
“Terima kasih ya, Rafi.
Kamu sudah mau mengantarkan aku pulang?”
“Iya Yulia…
“emmm…kamu mau gak makan
malam sama aku besok?” tanya Rafi dengan gugup.
“Aduh, gimana ya?” jawab
Yulia dengan ragu.
“Ayo dong! Please?” Rafi
memohon.
Melihat Rafi yang begitu
menginginkan dia datang, akhirnya ia pun mengiyakan tawaran tersebut.
“Baiklah, kalau kamu
maksa, aku mau!”
“Oke, aku jemput besok
jam 7 malam.”
“Iya”
*****
Saat itu, Yulia tidak
bisa tidur karena perasaannya sedang dilanda kebingungan. Apakah cinta lamanya
bersemi kembali? Atau hanya perasaan yang biasa saja?
Yulia pun menelpon
sahabatnya.
“Halo, Ifa?” sapa Yulia.
“Iya, Yulia. Ada apa?”
jawab Ifa.
“Ifa, aku tadi bertemu
dengan Rafi!”
“Serius? Dimana?” Ifa
terkejut.
“Di halte, saat aku
berteduh dari hujan. Aku juga di antar pulang sama dia.”
“Waahh??? Terus kenapa
kok kamu kayak gak senang gitu?”
“Rafi mengajak aku untuk
makan malam besok!”
“Wah, bagus tuh. Udah
ungkapin aja perasaanmu ke dia!”
“Tapi, Ifa” Yulia ragu.
“Kamu masih mencintainya
kan?”
Yulia hanya terdiam
mendengar pertanyaan Ifa tersebut.
“Pokoknya kamu besok
harus datang ke makan malamnya dan ungkapkan perasaanmu itu ke dia. Jangan
pendam terus selamanya!”
Kemudian Ifa menutup
telponnya.
Yulia semakin dibuat
bingung. Ia tidak tahu harus melakukan apa. Ia
pun segera tidur untuk melupakan kebingungannya itu.
Acara makna malam pun
telah tiba. Sesuai janji Rafi, Yulia di jemput tepat jam 7 malam. Dan seperti
kemarin, diperjalanan mereka tidak berbicara sedikit pun. Mereka hanya terdiam
seribu kata di dalam mobil. Hanya saja, Rafi sering melihat ke arah Yulia
dengan tatapan yang berbeda.
Sesampainya di tempat
makan, ternyata Rafi memilih tempat yang sangat tepat. Sangat nyaman sekali.
Dengan di iringi sebuah lagu yang tentunya semakin membuat suasana menjadi
sangat romantis.
Sebelum makan, Rafi
terlihat gelisah dan seperti ingin menyampaikan sesuatu kepada Yulia.
“Yulia, sebenarnya aku
ingin berbicara sesuatu sama kamu?” kata Rafi dengan serius.
“A…Apa Rafi? Apa yang
ingin kamu bicarakan?” tanya Yulia penasaran.
“Aku ingin menyampaikan
ini dari dulu, tapi…
“A…Aku cinta sama kamu,
Yul?” kata Rafi dengan terbata-bata.
Sepontan Yulia sangat
terkejut mendengarnya.
“Apa???” Yulia seakan
tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.
“Iya, Yulia. Semenjak
SMA dulu, aku sudah sangat menyukaimu. Tapi aku takut untuk mengungkapkannya.
Aku takut kamu menolakku!” jawab Rafi dengan jujur.
Sejenak Yulia terdiam.
Ia tidak percaya ternyata Rafi dari dulu juga mencintainya.
“Se…Sebenarnya, dari
dulu aku juga suka sama kamu, Fi?” akhirnya Yulia mengaku sambil tersipu malu.
“Beneran, Yulia? Kamu
tidak sedang bercanda kan?” Rafi seakan tidak percaya dengan perkataan Yulia.
Yulia hanya bisa
menganggukkan kepalanya sambil tertunduk malu.
Rafi pun sangat senang
melihatnya. Begitu juga dengan Yulia. Ia sangat senang karena Rafi juga sangat
mencintainya.
“Untung aku bertemu kamu
saat hujan kemarin itu?” kata Rafi mengingat kejadian kemarin.
“Jantungku deg-degan
tau, saat melihat kamu?” kata Rafi lagi.
“Jantungku juga
deg-degan!” jawab Yulia spontan.
“Berarti kita sehati
dong? Hahaha!”
Mereka berduapun tertawa
bersama.
“Hujan kemarin memang
membawa berkah!” ucap mereka berdua.
Malam itu menjadi malam
yang paling indah untuk Yulia. Karena akhirnya ia bisa mendapatkan pujaan
hatinya.
TAMAT
0 komentar:
Post a Comment