pagi itu cuaca terlihat mendung, menandakan langit akan segera menurunkan
hujannya. Angin yang berdesis pun terasa sangat dingin di badan. Burung-burung
bertebaran kesana-sini seakan ikut merasakan dinginnya udara pagi itu.
Sementara itu seorang cowok bernama Adi terburu-buru berangkat menuju ke
sekolah.
“Anak-anak, hari
ini kita kedatangan murid baru, pindahan dari Surabaya. Ayo Adi, kenalkan diri
kamu didepan teman-teman kamu?” Kata Bu guru yang memperkenalkan Adi.
“Hai
teman-teman, namaku Adi prasetyo. Aku pindahan dari SMAN 1 Surabaya. Aku harap
kalian bisa menerimaku sebagai teman kalian!” kata Adi memperkenalkan diri
sambil senyum-senyum.
“Ya sudah,
silahkan kamu duduk!” suruh Bu guru.
Adi sangat senang bisa sekolah di
situ, selain sekolahnya yang bersih, anak-anaknya juga sangat ramah-ramah. Saat
ia mau menuju ke Kantin, ia dikejutkan dengan kehadiran seorang cewek yang
menabraknya.
Brruuuk!!!
“Aawww”
“Sorry, sorry.
Aku gak sengaja!” ucap cewek itu minta maaf.
“Iya, gak papa
kok!” jawab Adi dengan santai.
“Kamu anak baru
itu kan?” Tanya cewek itu ketika melihat wajah Adi.
“Iya” jawab Adi
singkat.
“Namaku Putri?”
kata Putri sambil menyodorkan tangannya.
“Aku Adi” balas
Adi.
Sejak pertemuan itu, Adi
semakin dekat dengan Putri. Tanpa diduga Adi menyimpan suatu perasaan pada
Putri. Banyak hal yang disukai Adi dari Putri.
Putri merupakan sosok cewek yang baik dan ramah. Selain
cantik, dia juga multi talent. Tidaklah salah, jika banyak cowok–cowok
disekolah maupun luar yang menyukainya. Termasuk gosip-gosip tidak sedap
mengenainya tentang kriteria cowok yang disukainya.
Sebenarnya Adi telah
mengetahuinya hal itu baik dari teman – temannya maupun orang terdekat Putri.
Tapi, rasa cintanya terhadap Putri selalu menepis kabar buruk itu. Ia berfikir
bahwa Putri tidak mungkin memiliki sifat seperti yang diceritakan orang. Karena
selama ia bersama dengan Putri, ia selalu bahagia. Putri pun terlihat sama.
“Apapun yang dibilang
orang tentang dia, tidak akan memudarkan rasa cintaku padanya!”
Itulah kata–kata yang selalu Adi ucapkan dalam hati. Ia
sendiri tidak mengetahui bagaimana perasaan Putri sebenarnya padanya.
Suatu hari Adi menyatakan
perasaannya kepada Putri dengan perasaan yang deg-degan.
“Putri, aku suka sama kamu. Aku cinta sama kamu. Kamu mau kan jadi
pacarku?” Kata Adi saat menyatakan cintanya pada Putri.
Tapi Putri diam saja
tidak menjawab pertanyaan Adi. Kemudian Putri pergi meninggalkan Adi.
“Putri, tunggu!” teriak Adi saat melihat Putri pergi.
Semenjak saat itu, Adi
jarang bicara dengan Putri. Setiap kali ia bertemu, Putri selalu saja
menghindar. Entah apa yang ada dalam fikiran Putri, yang pasti itu sangat
membuat Adi kebingungan. Karena tak kunjung bisa bicara dengan Putri, akhirnya
ia pun hanya bisa menuliskan sebuah surat dan berharap Putri mau membacanya.
Dear Putri
Putri, aku tidak tahu
apa yang ada dalam pikiranmu. Kenapa kamu selalu menghindariku? Kenapa kamu
tidak mau bicara lagi denganku? Aku sangat mencintaimu Putri. Aku benar-benar
tulus mencintaimu. Aku berharap, kamu bisa menemui aku sepulang sekolah di
tempat biasanya kita bertemu.
Adi
Itulah isi surat
tersebut. Ia sangat berharap, Putri benar-benar mau membacanya dan mau
menemuinya sepulang sekolah.
Adi menunggu Putri
dengan perasaan yang was-was. Sejuta pertanyaan mengelilingi pikirannya. Apakah
Putri sudah membacanya? Apakah Putri mau menemui aku? Pertanyaan itu terus saja
mengiang dipikirannya.
Dari kejauhan tampak
sesosok cewek yang berjalan kearah Adi. Ia sangat berharap cewek itu adalah
Putri. Dan benar, cewek itu adalah Putri.
Sejenak Putri melihat kearah Adi, tetapi kemudian ia meninggalkan tempat
itu.
“Put, Putri! Tunggu!” panggil Adi dengan berteriak.
Tapi Putri tetap saja
meneruskan langkahnya, seakan tak mendengar panggilan Adi. Tak menoleh sedikit
pun.
Adi sangat kecewa dengan
apa yang dilakukan Putri tadi. Tapi,
seperti prinsip awalnya, apapun yang terjadi tidak akan memudarkan rasa
cintanya pada Putri. Ia sudah terlanjur cinta mati kepada Putri.
“Apapun yang kamu lakukan terhadap diriku, takkan bisa membuat diri ini
benci terhadap dirimu. Aku akan selalu mencintaimu. Apapun yang terjadi!”
gumamnya dalam hati.
Adi masih berusaha
mempertahankan cintanya itu. Meskipun ia kecewa dengan kelakuan Putri kemarin.
Ia tetap menuliskan sebuah surat yang mengajaknya bertemu untuk membicarakan
masalah itu.
Dear Putri
Putri, kenapa kamu kemarin
kamu tidak mau menemuiku? Apa salahku? Apa kamu sudah melupakanku? Pernahkah
kamu sejenak saja mengingat aku? Meskipun itu seperti angin yang berlalu, tapi
aku akan senang jika kamu masih mau mengingatku. Putri, aku masih berharap kamu
bisa menemuiku sepulang sekolah nanti ditempat biasanya kita bertemu. Ingat
Putri, aku akan selalu menunggumu.
Adi
Itulah isi dari surat
itu. Isi yang masih sama dengan surat sebelumnya, yaitu menginginkan Putri
untuk menemuinya sepulang sekolah.
Lagi-lagi Adi menunggu
Putri di tempat kemarin. Ada perasaan takut pada dirinya. Takut jika Putri
tidak mau menemuinya. Tapi, saat ia sedang was-wasnya tiba-tiba Putri muncul di
depannya.
“Putri?” ucap Adi terkejut.
Putri hanya diam saja
mendengar Adi berkata.
“Putri, kenapa selama ini kamu menjauhi aku? Apa salahku?” Tanya Adi
dengan penasaran.
“Kamu tidak salah apa-apa!” jawabnya dengan datar.
“Lalu, kenapa selama ini kamu selalu menghindar dariku? Apa karena kamu
tidak mau menjadi pacarku? Kamu mau kan jadi pacarku?” Tanya Adi lagi.
“Tidak Adi, aku gak mau. Aku sudah punya pacar. Selama ini aku menjauhi
kamu karena aku takut pacarku marah jika aku dekat-dekat dengan kamu terus?”
“Ka…Kamu sudah punya pacar?”
“Maaf Adi, aku harap kamu bisa melupakanku!”
“Tidak Putri, apapun yang terjadi, aku akan selalu mencintaimu. Aku akan
selalu menyayangimu!”
“Terserah apa katamu!” ucap Putri kemudian pergi meninggalkan Adi.
Adi tidak bisa melakukan
apa-apa saat Putri pergi. Ia hanya diam saja tak mengeluarkan satu kata pun.
Setiap hari, Adi
mengikuti kemanapun Putri pergi. Dan ternyata memang benar, Putri sudah
mempunyai pacar. Seorang pacar yang sempurna, dengan wajah yang tampan, kaya,
penampilannya pun sangat keren. Beda jauh dengan Adi, wajah yang pas-pasan,
kere, penampilan pun biasa saja. Tapi perbedaan itu tidak membuat Adi menyerah.
Ia semakin semangat mengejar cinta Putri
“Putri, Sampai kapanpun, aku akan selalu mencintaimu. Aku akan selalu
menyayangimu. Biarpun kamu menyakitiku, aku akan tetap mencintaimu Putri, akan
tetap mencintaimu”
SELESAI
0 komentar:
Post a Comment