Hai sobat? Kali ini aku akan membagikan sebuah cerpen cinta yang dibuat oleh sahabatku Khudaifah. Selamat membaca ya..? jangan lupa komentarnya... :)
Sepucuk Surat
Matahari telah bersinar.
Suasana itu terasa panas dikala bunga-bunga yang berada di Taman mulai layu.
Disanalah tampak lelaki dibawah pohon beringin yang hanya sendiri tanpa teman seakan
ada yang aneh pada lelaki itu. Putri penasaran akan sosok yang berada dibawah pohon
dan menghampirinya, Putri kaget ternyata lelaki itu yang tak lain adalah temannya
sendiri.
“Putra” sapa Putri
dengan tidak percaya kalau orang yang didepannya Putra.
“Putri, lagi apa
kamu disisni,” ucap Putra dengan matanya yang tajam seolah menyimpan sesuatu hal
yang disembunyikan.
“seharusnya aku
yang bertanya kepadamu, lagi apa kamu disisni,” Putri berbalik Tanya.
“oh,,, lagi pengen
mencari udara segar nih, jawab Putra.
“beneran, apa mencari
perempuan-perempuan yang ada disekeliling Taman ini untuk dijadikan pacar barumu,”
sahutPutri.
“iya nggaklah,
ngapain harus mencari toh disampingku sudah ada cewek yang bisa dijadikan pacarku”
ucap Putra tertawa kecil.
“bisas aja kamu
Putra” jawab Putri singkat.
Putra merasa bahagia
karena seseorang yang ia sayangi berada disampingnya untuk menemani hati yang
sedang galau. Dikala itu suasana sedang tidak berkompromi, langit-langit pun bergeseran
untuk menutupi matahari yang tampak cerah berubah menjadi mendung dan Tik… Tik…
Tik…
Putra dan Putri
berlari cepat sembari air hujan membasahi tubuh mereka untuk menuju rumah pohon
yang tak jauh dari tempat tadi bersantai, setelah sampai Putra pun membersihkan
jaket Putri yang jatuh akibat tadi terburu-buru disaat hujan turun.
“Sini aku bersihkan
dulu jaketmu,” sambil melepaskan dari genggaman tangan Putri.
“terimakasih ya,
kamu baik banget sama aku,” sahut putri.
“sama-sama, sesame
teman kan saling membantu,” dengan nada malas.
Putra seakan tak
mampu untuk mengucap kata teman kepada Putri yang seharusnya sebagai pacar.
Sebenarnya Putra dari dulu ingin mengucapkan apa yang selama ini ia rasakan,
tapi Putra takut nantinya Putri tidak mau berteman lagi dengannya. Entah mengapa
dalam hati Putra seakan didorong untuk berkata sesuatu kepada Putri yang berada
disampingnya dikala itu.
“Put,” ucap
Putra.
“apa,” sahut Putri.
“aku mau ngomong
sesuatu nieh sama kamu,” sembari mengusap kepala Putri dengan kedua tangan yang
berada dipangkuannya.
“Iya, emangnya mau
ngomong apa?” jawab Putri.
“Sebenarnya…”
jantung Putra berdetak lebih kencang tak seperti biasanya.
Hp Putri berbunyi.
“Sebentar dulu ya,
aku mau ambi lHp,”
Ternyata didalam
Hp Putri terdapat pesan baru dari ibunya yang berisi.
Putri pulang, katanya kamu ada
jam tambahan di sekolah.
“Pesan dari siapa,
Put?” Tanya Putra.
“Ini dari Ibuku,
udah dulu ya Putra, aku disuruh pulang, yang tadi ngomongnya ditunda dulu. Kita
lanjutin kapan-kapan saja, maaf ya?” jawab Putri sambil dari rumah pohon.
“Iya, gak papa
kok, hati-hati di jalan, Put?” sambil mengulurkan tangan kanannya kepada Putri.
“Iya,” sahut Putri.
Tak lama
kemudian hujan berhenti. Tanpa basa-basi Putra pun bergegas pulang dan tidak mengingat
apa yang sudah terjadi tadi.
*****
Jam weker di
kala itu berbunyi keras menunjukkan pukul 7. Pagi itu mengawali Putra menuju ke
kamar mandi dan berpakaian rapi yang tak biasanya ia lakukan, untuk menemui Putri
yang sedang menunggunya.
Beberapa menit kemudian,
Putra pun tiba di Taman. Putra tidak sabar dan terburu-buru jalan untuk memberikan
sepucuk surat yang berada dalam genggaman tangannya.
Saat itu kendaraan
sangat ramai dan akhirnya…
Bruaakk!!!!
Putra tertabrak
mobil yang sedang melintas dan nyawanya pun tidak tertolong.
“Putra????”
Putri berteriak.
Putri berlari menuju
tempat itu. Dan disitu Putri menemukan sepucuk surat yang berada di tangan
Putra dan membukanya dengan perlahan. Yang di penuhi darah, akibat kecelakaan itu.
Putriku sayang
Setelah sekian lama kita berteman, aku merasakan sesuatu hal yang
aneh dalam diri yang tak pernah aku rasakan selama ini.
Sebenarnya aku mencintaimu dan menyayangimu lebih dari sebagai teman.
Tapi aku tak mampu untuk mengungkapkan semua rasa terhadapmu. Mungkin lewat sepucuk
surat ini aku bisa mengungkapkan sebuah perasaan yang tak terbendung lagi.
Putra
Putri mengusap air mata yang membasahi pipinya dan tak kuasa untuk menerima
semua kenyataan pahit ini. Atas apa yang terjadi didepannya yang tergeletak seorang
lelaki yang ia sayangi.
Putri pun
memelukjasad Putra, yang dipenuhidarah, sembari memegang sepucuk surat yang ia temukan
di genggaman tangan Putra.
Karya "Khudaifah"
Kalian bisa menghubunginya di https://www.facebook.com/iefha.adzach
0 komentar:
Post a Comment