PENJUAL KECIL YANG JUJUR
Anak
itu terus saja berjalan menelusuri ramainya jalanan saat itu. Panasnya terik
matahari tidak membuatnya patah semangat. Ia tahu, ia harus menjual dagangannya
itu. Anak bernama Rafi itu terus meneriakkan “es lilin, es lilin” pada semua
orang yang ada. Sesekali ia berhenti sejenak untuk beristirahat. Memang,
diusianya yang baru menginjak 10 tahun itu, tidaklah mudah berjualan sendirian.
Semua itu ia lakukan untuk membantu ibunya. Ibunya yang kini sering
sakit-sakitan tidak memungkinkan untuk berjualan. Kakinya sudah tidak kuat lagi
untuk berjalan. Rafi memang anak yang sabar. Ia selalu membantu ibunya kapanpun
ia dibutuhkan. Ibunya sering bertanya padanya.
”Apakah kamu tidak ingin bermain seperti teman-teman
kamu yang lainnya?”
Namun Rafi selalu menjawab
“Rafi tidak ingin bermain. Rafi hanya ingin membantu ibu. Rafi ingin
membahagiakan ibu.”
Jawaban Rafi itu selalu
membuat ibunya meneteskan air mata, bahkan sampai menangis.
Rafi juga anak yang jujur.
Dia selalu berkata yang sebenarnya. Ia selalu ingat perkataan ibunya.
“Rafi haruslah menjadi anak
yang jujur. Berkatalah yang benar walau pahit sekalipun. Rosulullah SAW
bersabda : wajib atasmu berlaku jujur, karena jujur itu bersama kebaikan dan
keduanya di surga. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta, karena dusta bersama
kedustaan dan keduanya di neraka.”
*****
Setelah
beristirahat sejenak, Rafi pun melanjutkan jualannya. Ia terus menawarkan es
lilinnya kepada semua orang. Lalu datang lelaki tua.
“Berapa satunya dek?” tanya lelaki tua itu sambil
memegang es lilin.
“Seribu pak.” Jawab Rafi.
“Manis tidak esnya?” tanya lelaki tua itu lagi.
“Kurang manis pak.” Jawab Rafi jujur.
Lelaki tua itu heran mendengar jawaban Rafi. Kemudian
lelaki tua itu bertanya lagi.
“Loh kok bisa?” tanya lelaki tua itu penasaran.
“Gulanya kurang pak. Mau beli gula lagi tetapi uangnya
tidak cukup.” Jawab Rafi menjelaskan.
“Kamu kok jujur banget. Kalau kamu bicara yang
sebenarnya kan orang-orang tidak akan jadi membeli.” Tanya lelaki tua itu
penasaran.
“Kata ibu saya, kita itu harus jujur pak. Walaupun
pahit, kita harus berkata yang benar. Untuk rezeki, itu semua urusan Allah SWT
pak. Kalau hari ini saya tidak mendapatkan uang, itu sudah takdir Allah pak.”
Jawab Rafi panjang lebar.
Mendengar jawaban Rafi, lelaki tua itu terdiam
sejenak. Ia salut dengan Rafi. Meskipun masih kecil tapi ia sangat menjujung
kejujuran.
“Saya sangat salut sama kamu nak, kamu sangat jujur.
Baiklah, saya akan beli semua es lilin kamu.” Kata lelaki tua itu sambil
tersenyum.
“Beneran pak?” tanya Rafi kegirangan.
“Iya nak.”
Kemudian dengan cepat Rafi
membungkus semua es lilinnya. Lalu memberikannya pada lelaki tua itu. Lelaki
tua itu kemudian membayar dengan uang
seratus ribuan. Tapi Rafi bingung karena harga semua es lilin itu hanya
tuga puluh ribu dan ia tidak punya kembaliannya. Lelaki tua itu pun mengerti
dengan kebingungan Rafi. Akhirnya semua kembaliannya itu diberikan kepada Rafi.
*****
Rafi
sangat senang karena es lilinnya bisa terjual semuanya dan mendapatkan uang
yang lebih. Ia berpikir ibunya pasti sangat senang dengan hasilnya sekarang. Ia
teringat dengan perkataan ibunya bahwa kejujuran itu membawa kebajikan. Ia
sekarang percara akan perkataan ibunya itu. Ia pun segera pulang untuk
memberikan uang itu kepada ibunya. Di tengah perjalanan, ia melihat lelaki
setengah baya berpakaian seperti preman membawa sebuah tas berlari ke arahnya.
Kemudian lelaki itu bersembunyi disebuah gubuk. Rafi yang penasaran kemudian
menghampiri lelaki itu.
“Ngapain ada di situ bang?” tanya Rafi dengan penasaran.
“Nggak ngapa-ngapain dek. Nanti kalau ada orang-orang
yang mencari abang, jangan katakan ya kalau abang disini.” Jawab lelaki itu
dengan sedikit ketakutan.
“Iya, bang.” Jawab Rafi.
Kemudian datang segerombolan
orang-orang yang terlihat marah sedang mencari-cari sesuatu. Lalu salah satu
dari orang-orang itu bertanya pada Rafi.
“Dek, lihat preman membawa tas berlari kesini gak?”
“Iya, bang.” Jawab Rafi.
“Terus sekarang kemana dek?” tanya orang itu lagi.
“Begini bang, abang preman itu tidak memperbolehkan
saya bicara kalau abang itu bersembunyi di gubuk itu.” Jawab Rafi sambil
menunjuk ke gubuk disampingnya.
“Hah?”
Orang itu terkejut kemudian
segera masuk ke dalam gubuk itu. Preman itu pun tertangkap oleh orang-orang
itu. Dan ternyata preman itu adalah jambret yang telah mengambil tas seorang
wanita.
“Terima kasih dek, telah membantu menangkap jambret
ini.” Kata salah satu orang-orang itu.
“Hei anak kecil, kenapa kamu mengatakan kepada mereka
kalau aku ada disitu?” tanya preman itu dengan marah.
“Kita itu harus jujur bang, lagian saya sudah
mengatakan pada mereka sama seperti apa yang abang katakan.” Jawab Rafi dengan
tenang.
“Anak ini berkata benar. Seharusnya kamu malu dengan
anak ini.” Kata salah satu orang.
“Kenapa adek ini mau berkata jujur? Kan bisa
membahayakan adek sendiri?” tanya salah seorang.
“Ibu saya selalu menyuruh saya untuk selalu berkata
jujur bang. Rosulullah SAW bersabda : ‘wajib atasmu berlaku jujur, karena jujur
itu bersama kebaikan dan keduanya di surga. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta,
karena dusta bersama kedustaan dan keduanya di neraka.’ Jadi kita wajib berkata
jujur bang. Walaupun itu pahit, walaupun membahayakan nyawa kita sekalipun,
kita harus tetap jujur bang.” Jawab Rafi panjang lebar.
Jawaban Rafi itu membuat
semua orang terharu, termasuk preman itu. Mereka tidak menyangka. Anak kecil
seperti Rafi itu bisa mempertahankan prinsip kejujurannya.
“Kami bangga dengan adek ini. Kami saja jarang berkata
jujur, bahkan sering berbohong. Jadi, terima kasih telah memberi kami suatu
pelajaran yang sangat berharga ini.” Kata salah satu dari orang-orang itu.
“Iya, bang. Saya hanya melakukan apa yang seharusnya
saya lakukan.” Jawab Rafi dengan tenang.
Kemudian orang-orang itu pun
segera membawa preman itu ke kantor polisi. Dan Rafi pun segera melanjutkan
perjalanannya untuk pulang dengan perasaan yang senang dan bahagia.