Siapakah Aku?
Kuarahkan
pandanganku ke jendela. Pohon-pohon itu tampak berlomba berlarian ke belakang.
Seakan tak ingin tertinggal. Aku tahu bis ini sedang menuju ke kota Surabaya
dimana pacarku kuliah. Aku memejamkan mataku seraya meneguhkan hatiku. Aku
yakinkan hatiku bahwa aku harus kuat. Karena hari ini aku harus kembali
berpisah dengan pacarku yang sangat aku cintai.
“Kenapa kamu,
Rif?” Suara Maya menegurku.
“E…Enggak!”
jawabku.
“Sepertinya ada yang
sedang kamu pikirkan?” Maya kembali bertanya sambil menatapku.
“Nggak ada apa-apa
kok, May. Aku hanya merasa sulit sekali untuk melepasmu. Aku hanya ingin selalu
bersamamu.” Jawabku kemudian memegang tanyannya.
Mendengar aku
berkata seperti itu, Maya tersenyum dengan manisnya. Kemudian dia menggenggam
erat tanganku.
“Iya, aku tahu.
Tapi kamu harus melepasku. Kan sebulan lagi kita juga akan bertemu? Aku janji
akan selalu setia denganmu.” Ucap Maya menenangkanku.
Aku tersenyum
mendengar ucapannya. Aku tahu Maya wanita yang setia. Aku sangat percaya kepadanya.
Karena selama kita berhubungan, dia tidak pernah melakukan hal yang salah.
Apalagi sampai dia berselingkuh. Tidak. Dia bukan wanita seperti itu.
Aku terus
mengobrol dengannya. Dia menceritakan bagaimana pesta pernikahan sepupunya
kemarin. Disela-sela ceritanya dia sesekali tertawa. Dia terlihat sangat
bahagia. Itu juga membuat hatiku sangat bahagia. Aku tahu, aku sudah berjanji
kepadanya untuk segera menikahinya setelah kelulusannya. Mungkin dibalik cerita
itu ada keinginannya untuk segera menikah. Hemmm, entahlah aku tidak tahu.
Bis yang kami
tumpangi terus melaju dengan kecepatan tinggi. Sedangkan Maya menaruh kepalanya
dipundakku. Aku belai ramputnya. Dia terlihat begitu kelelahan. Kemudian entah
kenapa truk di depan bis yang kami
tumpangi mengerem secara mendadak. Akibatnya bis kami oleng. Lalu menghantam
truk di depan kami itu. Semua penumpang berteriak. Lalu dengan keras kepalaku
terbentur jendela. Aku merasa kesakitan. Mataku kabur, tak dapat melihat
apa-apa. Hingga akhirnya aku pingsan.
Kubuka mataku
perlahan-lahan. Pandanganku masih kabur. Semua masih terlihat tidak jelas. Aku
terus mencoba membuka mataku. Sampai akhirnya aku berhasil. Semua terlihat
berantakan. Bis yang aku tumpangi hancur. Truk yang tertabrak pun juga hancur. Sedangkan
aku tergeletak di pinggir jalan. Aku mencoba untuk bangun. Tapi badan ini
terasa begitu berat. Kepalaku juga terasa sangat sakit. Aku pegang kepalaku.
Darah! Kepalaku penuh dengan darah. Oh, apa yang terjadi denganku?
“Maya?” Pekikku
terkejut, aku lupa dengan Maya.
Aku mencoba untuk
bangun. Tapi kakiku terasa sangat sakit. Mungkin kakiku telah patah. Tapi aku
terus mencobanya. Aku terus mencoba untuk bangun. Sampai akhirnya aku berhasil
bangun. Dan benar, kaki kananku patah. Aku tak bisa menggerakkan kaki kananku.
“Aaakkhh!!”
teriakku menahan kesakitan.
“Maya? Dimana
kamu, Maya?” Teriakku mencari Maya.
Aku benar-benar
heran. Tadi Maya ada disampingku. Tapi kenapa sekarang tidak ada. Aku berjalan
dengan sangat perlahan. Aku terus mencari Maya. Mayat para penumpang
bergeletakkan di jalanan. Semua meninggal. Kecelakaan ini begitu mengerikan.
“Oh, Tuhan. Semoga
Maya selamat!”
Dari kejauhan, aku
mellihat sesosok wanita mirip dengan Maya. Dia memakai baju yang sama dengan
Maya. Yah, itu pasti Maya. Aku segera menghampirinya. Tapi, oh, kakiku
benar-benar sangat sakit. Aku sudah tidak kuat lagi berdiri. Sedangkan darah
terus mengalir dari kepalaku. Sampai akhirnya aku terjatuh. Aku sudah tidak
sanggup lagi untuk berdiri.
Dalam keadaan
terkesot-kesot aku mengampiri Maya. Kakiku benar-benar sakit seakan ingin
lepas. Aahh, aku sudah tidak tahan lagi.
“Mayaaa?”
Aku terus
berteriak supaya Maya bisa mendengarku. Tapi dia masih tetap tidak bergerak
sama sekali. Kemudian orang-orang mulai berdatangan kearah tempat kami
kecelakaan.
“Hei! Tolonglah
dia!” teriakku sambil menunjuk kearah Maya.
Tiga orang
berjalan menuju kearah Maya. Mereka terlihat memeriksa keadaan Maya. Aku
terdiam ditempatku berada. Aku sangat berharap Maya bisa selamat. Aku hanya
bisa berdoa untuk keselamatan Maya.
“Hei! wanita ini
masih hidup. Cepat bawa ke rumah sakit!” teriak salah seorang yang menolong
Maya.
“Oh, Tuhan,
Syukurlah!” Aku sangat bersyukur Maya masih selamat.
Kemudian aku kembali
mencoba untuk bangun. Tapi aku sudah tidak kuat mengangkat tubuhku lagi. Aku
berteriak memanggil orang-orang agar menolongku. Tapi orang-orang itu tidak
menghiraukanku.
“Hei! Tolonglah
aku? Aku sudah tidak kuat lagi?” Ucapku terus memohon.
Aku terus
berteriak-teriak meminta tolong keorang-orang itu. Tapi mereka tetap tidak
menghiraukanku. Bahkan melihat kearahku pun tidak. Tetapi mereka malah
memeriksa keadaan seseorang yang berada disamping Maya. Aku mengesot kearah
mereka. Aku terus memaksa diriku untuk mendekati mereka.
Setelah aku hampir
mendekati mereka, aku melihat seorang pria yang sedang mereka periksa. Pria itu
mirip sekali denganku. Bahkan pakaian yang dikenakannya pun sama. Hatiku
bergetar melihatnya. Jantungku pun bedetak dengan kencang.
“Pria ini tidak
selamat! Dia sudah meninggal!” kata salah seorang yang memeriksanya.
Aku sangat
penasaran dengan pria itu. Aku kembali terkesot-kesot menuju kearah mereka.
Lalu saat sudah sangat dekat, aku berusaha untuk melihat pria itu. Terlihat begitu
banyak darah yang mengalir dari kepalanya. Kakinya juga terlihat patah. Kucoba
mendekatinya untuk melihat wajahnya. Jantungku berdetak dengan kencang. Hatiku
sangat bergetar. Aku terkejut setengah mati. Ternyata pria itu adalah AKU.
Terus aku ini siapa?
TAMAT
0 komentar:
Post a Comment