Tuesday, November 25, 2014

Cerpen - Untuk Cinta


Untuk Cinta

            Pemuda itu terus saja melajukan motornya meskipun hujan saat itu sangatlah deras. Ia tidak memperdulikan lagi pkaiannya yang basah semua itu. Angin yang sangat kencang membuat ia mengurangi kecepatan motornya. Tetapi tidak menghentikannya sama sekali. Semua itu ia lakukan demi orang yang sangat dicintainya.
            Setelah beberapa saat kemudian, sampailah ia pada tujuannya dengan keadaan yang basah semua.
“Aduh, maaf ya, aku telat. Hujannya deras banget, jadi jalannya tidak bisa cepat deh.” Katanya sambil melepas helm yang di pakainya.
“Nggak papa kok, yank. Malahan aku berterima kasih banget, kamu masih  mau menjemput aku. Padalah kan hujannya deras banget,” jawab perempuan bernama Putri itu.
“Iya, sama-sama. Aku tak akan tega lah kalau tidak menjemput kamu. Kalau bukan aku, siapa lagi yang akan menjemput kamu? Hahaha,” ucap Aldi kemudian tertawa lebar.
“Iiihh, kamu tuh bercanda saja. Ayo cepat kita pulang. Hujannya sudah reda nih!” gumam Putri dengan suara sedikit tinggi.
“Ya sudah. Tapi, tidak biasanya kamu ingin cepat-cepat pulang? Kamu sakit?” tanya Aldi dengan penasaran.
“Iya  nih, aku lagi gak enak badan.”
“Ya udah, ayo pulang.”
            Aldi pun segera melajukan motornya. Ia bergerak dengan sangat pelan sekali. Ia takut jika berjalan dengan cepat-cepat malah akan membuat Putri masuk angin dan memperparah sakitnya.
            Dalam perjalanan itu, Putri merasa sangat pusing sekali. Dan perutnya juga sangat terasa sakit. Ia terus-menerus memegang perutnya. Wajah yang cantik dan mempesona itu pun mulai terlihat pucat. Ia pun sudah tidak dapat lagi menahan rasa sakit itu.
            Setelah beberapa menit, akhirnya sampailah mereka di rumah Putri.
“Terima kasih ya  telah mau jemput aku?” ucapnya pada Aldi.
“Iya, yank. Sama-sama.” Jawab Aldi sambil tersenyum.
Putri pun segera masuk ke dalam rumahnya. Tapi belum sempat ia masuk, ia jatuh pingsan di depan pintu.
“Putri!!!”
            Aldi berteriak ketika melihat Putri terjatuh. Ia pun segera berlari ke arah Putri.
“Putri!! Apa yang terjadi?” Ayah Putri yang juga melihatnya pun sangat terkejut.
“Tidak tahu nih, Om. Tiba-tiba terjatuh,” jawabnya terlihat panik.
“Ya sudah. Cepat kita bawa ke rumah sakit,” kata Ayah Putri yang juga terlihat sangat panik.
*****
            Matahari pun kini sudah terbit. Memunculkan dirinya dari kegelapan. Dan mulai menyinari semua yang ada di bumi ini. Suara burung yang berkicau dengan keras sangatlah jelas terdengar oleh Aldi. Sungguh sangat merdu dan indah suara burung itu.
            Pagi itu, Aldi pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan Putri. Ia pergi bersama temannya Dika.
            Samapi di rumah sakit, Aldi bertemu dengan Ayahnya Putri yang terlihat sangat bingung. Aldi pun segera menghampirinya.
“Assalamu’alaikum, Om?” ujarnya mengucapkan salam.
“Wa’alaikum salam,” balas Ayah Putri.
“Bagaimana keadaan Putri, Om?” tanya Aldi menanyakan keadaan Putri.
“Ginjal Putri sudah tidak dapat berfungsi dengan baik lagi, Ris. Om bingung, karena Putri sangat membutuhkan donor ginjal. Sedangkan punya om dan tante tidak cocok dengan Putri. Kalau tidak cepat-cepat dapat ginjal, Putri tidak akan selamat,” jawab Ayah Putri dengan suara agak gemetar.
            Aldi sangat terkejut mendengar pernyataan Ayah Putri itu. Selama ini ia tidak pernah tahu kalau Putri mempunyai penyakit ginjal. Karena selama ini Putri tidak pernah menceritakan kepada dirinya.
“Saya mau kok, om, mendonorkan ginjal saya untuk Putri.”
            Tanpa sadar, kalimat itu keluar begitu saja dari mulut Aldi.
“Kmau yakin?” tanya Ayah Putri yang penasaran dengan kesungguhan pernyataan Aldi tersebut.
            Aldi diam saja mendengar pertanyaan Ayah Putri tersebut. Ia masih bingung dengan keputusannya itu. Ia melihat ke arah Dika yang sedari tadi hanya diam saja disampingya. Tapi Dika menggelengkan kepalanya tanda bahwa ia tidak setuju.
            Lalu Dika meminta ijin untuk bicara berdua dengan Aldi.
“Om, boleh saya bicara dengan Aldi sebentar?” tanya Dika.
“Oh, iya,” sahutnya.
            Kemudian mereka menyingkir dari Ayah Putri.
“Ris, kamu gila apa? Mau mendonorkan ginjal kamu begitu saja?” kata Dika tidak setuju dengan apa yang akan dilakukan Aldi.
“Tidak, Dik. Itu sudah keputusanku,” jawab Aldi menegaskan.
“Tapi, apakah kamu mau, hidup Cuma dengan satu ginjal? Itu akan sangat mempengaruhi kesehatanmu, Ris. Bahkan kamu bisa kehilangan nyawa kamu!” Dika kembali memojokkan Aldi dengan sejumlah pertanyaan.
“Aku sangat mencintai Putri, Dik. Aku tidak mau kehilangan dia. Aku rela melakukan apa saja demi Putri. Meskipun untuk itu aku harus kehilangan nyawaku,” kata Aldi menegaskan kembali.
“Kamu gila, Ris!” ucap Dika dengan wajah cemberut.
“Tidak, Dik. Memang terkadang kita harus berkorban demi orang yang kita cintai.”
“Aku tak mengerti dengan pemikiran kamu itu, Ris. Tapi aku tidak bisa melarangmu. Aku sebagai teman hanya memperingatkan.
            Aldi hanya diam saja mendengarnya. Ia tak tahu harus bicara apa lagi.
*****
            Akhirnya Aldi pun mendonorkan ginjalnya untuk Putri. Dan setelah dilakukan pemeriksaan, tenyata ginjal Aldi cocok dengan Putri.
“Ginjal kamu cocok dengan Putri!” kata dokter sambil tersenyum.
“Alhamdulillah!!!” serentak orang-orang yang ada di ruangan itu berucap syukur.
“Ya sudah, Dok. Segera saja laksanakan operasinya.” Ucap Aldi dengan senang.
            Operasi pun segera dilaksanakan oleh dokter. Orang tua Putri sangat cemas menunggu. Ada perasaan bingung di hati mereka. Antara senang karena Putri mendapatkan pendonor ginjal dan ada pula rasa kasihan terhadap Aldi yang telah rela mendonorkan ginjalnya untuk Putri.
            Akhirnya operasi pun berjalan dengan lancar. Semua orang sangat senang mendengarnya, termasuk Aldi. Dan saat Putri sudah sadar, semua orang pun menyambutnya dengan bahagia.
            Setelah beberapa hari, Putri pun sudah kembali sehat. Ia sudah bisa kembali melanjutkan kuliahnya. Ia juga sudah bisa kembali tertawa dan bercanda bersama Aldi. Kembali berbagi cerita dan kebahagiaan. Apalagi saat Putri tahu bahwa Aldilah yang mendonorkan ginjalnya untuk menyelamatkan dirinya.
            Kini Putri semakin cinta dan sayang dengan Aldi. Begitu pun sebaliknya, Aldi juga sangat cinta dan sayang dengan Putri.
“Aku sayaaaang banget sama kamu,” ucap Aldi sambil memegang tangan Putri.
“Iya, aku juga sayang banget sama kamu. Aku ingin kamu selalu ada disampingku selamanya,” sahut  Putri sambil tersipu malu.
            Kemudian Putri pun memeluk Aldi dengan mesra. Mereka merasa telah menjadi orang yang paling bahagia di dunia ini.



0 komentar:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | hostgator reviews