Untuk
Cinta
Pemuda itu terus saja melajukan
motornya meskipun hujan saat itu sangatlah deras. Ia tidak memperdulikan lagi
pkaiannya yang basah semua itu. Angin yang sangat kencang membuat ia mengurangi
kecepatan motornya. Tetapi tidak menghentikannya sama sekali. Semua itu ia
lakukan demi orang yang sangat dicintainya.
Setelah beberapa saat kemudian,
sampailah ia pada tujuannya dengan keadaan yang basah semua.
“Aduh,
maaf ya, aku telat. Hujannya deras banget, jadi jalannya tidak bisa cepat deh.”
Katanya sambil melepas helm yang di pakainya.
“Nggak
papa kok, yank. Malahan aku berterima kasih banget, kamu masih mau menjemput aku. Padalah kan hujannya deras
banget,” jawab perempuan bernama Putri itu.
“Iya,
sama-sama. Aku tak akan tega lah kalau tidak menjemput kamu. Kalau bukan aku,
siapa lagi yang akan menjemput kamu? Hahaha,” ucap Aldi kemudian tertawa lebar.
“Iiihh,
kamu tuh bercanda saja. Ayo cepat kita pulang. Hujannya sudah reda nih!” gumam Putri
dengan suara sedikit tinggi.
“Ya
sudah. Tapi, tidak biasanya kamu ingin cepat-cepat pulang? Kamu sakit?” tanya Aldi
dengan penasaran.
“Iya nih, aku lagi gak enak badan.”
“Ya
udah, ayo pulang.”
Aldi pun segera melajukan motornya.
Ia bergerak dengan sangat pelan sekali. Ia takut jika berjalan dengan cepat-cepat
malah akan membuat Putri masuk angin dan memperparah sakitnya.
Dalam perjalanan itu, Putri merasa
sangat pusing sekali. Dan perutnya juga sangat terasa sakit. Ia terus-menerus
memegang perutnya. Wajah yang cantik dan mempesona itu pun mulai terlihat pucat.
Ia pun sudah tidak dapat lagi menahan rasa sakit itu.
Setelah beberapa menit, akhirnya
sampailah mereka di rumah Putri.
“Terima
kasih ya telah mau jemput aku?” ucapnya
pada Aldi.
“Iya,
yank. Sama-sama.” Jawab Aldi sambil tersenyum.
Putri pun segera masuk ke dalam
rumahnya. Tapi belum sempat ia masuk, ia jatuh pingsan di depan pintu.
“Putri!!!”
Aldi berteriak ketika melihat Putri
terjatuh. Ia pun segera berlari ke arah Putri.
“Putri!!
Apa yang terjadi?” Ayah Putri yang juga melihatnya pun sangat terkejut.
“Tidak
tahu nih, Om. Tiba-tiba terjatuh,” jawabnya terlihat panik.
“Ya
sudah. Cepat kita bawa ke rumah sakit,” kata Ayah Putri yang juga terlihat
sangat panik.
*****
Matahari pun kini sudah terbit.
Memunculkan dirinya dari kegelapan. Dan mulai menyinari semua yang ada di bumi
ini. Suara burung yang berkicau dengan keras sangatlah jelas terdengar oleh Aldi.
Sungguh sangat merdu dan indah suara burung itu.
Pagi itu, Aldi pergi ke rumah sakit
untuk melihat keadaan Putri. Ia pergi bersama temannya Dika.
Samapi di rumah sakit, Aldi bertemu
dengan Ayahnya Putri yang terlihat sangat bingung. Aldi pun segera
menghampirinya.
“Assalamu’alaikum,
Om?” ujarnya mengucapkan salam.
“Wa’alaikum
salam,” balas Ayah Putri.
“Bagaimana
keadaan Putri, Om?” tanya Aldi menanyakan keadaan Putri.
“Ginjal
Putri sudah tidak dapat berfungsi dengan baik lagi, Ris. Om bingung, karena Putri
sangat membutuhkan donor ginjal. Sedangkan punya om dan tante tidak cocok
dengan Putri. Kalau tidak cepat-cepat dapat ginjal, Putri tidak akan selamat,”
jawab Ayah Putri dengan suara agak gemetar.
Aldi sangat terkejut mendengar
pernyataan Ayah Putri itu. Selama ini ia tidak pernah tahu kalau Putri
mempunyai penyakit ginjal. Karena selama ini Putri tidak pernah menceritakan
kepada dirinya.
“Saya
mau kok, om, mendonorkan ginjal saya untuk Putri.”
Tanpa sadar, kalimat itu keluar
begitu saja dari mulut Aldi.
“Kmau
yakin?” tanya Ayah Putri yang penasaran dengan kesungguhan pernyataan Aldi
tersebut.
Aldi diam saja mendengar pertanyaan
Ayah Putri tersebut. Ia masih bingung dengan keputusannya itu. Ia melihat ke
arah Dika yang sedari tadi hanya diam saja disampingya. Tapi Dika menggelengkan
kepalanya tanda bahwa ia tidak setuju.
Lalu Dika meminta ijin untuk bicara
berdua dengan Aldi.
“Om,
boleh saya bicara dengan Aldi sebentar?” tanya Dika.
“Oh,
iya,” sahutnya.
Kemudian mereka menyingkir dari Ayah
Putri.
“Ris,
kamu gila apa? Mau mendonorkan ginjal kamu begitu saja?” kata Dika tidak setuju
dengan apa yang akan dilakukan Aldi.
“Tidak,
Dik. Itu sudah keputusanku,” jawab Aldi menegaskan.
“Tapi,
apakah kamu mau, hidup Cuma dengan satu ginjal? Itu akan sangat mempengaruhi
kesehatanmu, Ris. Bahkan kamu bisa kehilangan nyawa kamu!” Dika kembali
memojokkan Aldi dengan sejumlah pertanyaan.
“Aku
sangat mencintai Putri, Dik. Aku tidak mau kehilangan dia. Aku rela melakukan
apa saja demi Putri. Meskipun untuk itu aku harus kehilangan nyawaku,” kata Aldi
menegaskan kembali.
“Kamu
gila, Ris!” ucap Dika dengan wajah cemberut.
“Tidak,
Dik. Memang terkadang kita harus berkorban demi orang yang kita cintai.”
“Aku
tak mengerti dengan pemikiran kamu itu, Ris. Tapi aku tidak bisa melarangmu.
Aku sebagai teman hanya memperingatkan.
Aldi hanya diam saja mendengarnya.
Ia tak tahu harus bicara apa lagi.
*****
Akhirnya Aldi pun mendonorkan
ginjalnya untuk Putri. Dan setelah dilakukan pemeriksaan, tenyata ginjal Aldi
cocok dengan Putri.
“Ginjal
kamu cocok dengan Putri!” kata dokter sambil tersenyum.
“Alhamdulillah!!!”
serentak orang-orang yang ada di ruangan itu berucap syukur.
“Ya
sudah, Dok. Segera saja laksanakan operasinya.” Ucap Aldi dengan senang.
Operasi pun segera dilaksanakan oleh
dokter. Orang tua Putri sangat cemas menunggu. Ada perasaan bingung di hati
mereka. Antara senang karena Putri mendapatkan pendonor ginjal dan ada pula
rasa kasihan terhadap Aldi yang telah rela mendonorkan ginjalnya untuk Putri.
Akhirnya operasi pun berjalan dengan
lancar. Semua orang sangat senang mendengarnya, termasuk Aldi. Dan saat Putri
sudah sadar, semua orang pun menyambutnya dengan bahagia.
Setelah beberapa hari, Putri pun
sudah kembali sehat. Ia sudah bisa kembali melanjutkan kuliahnya. Ia juga sudah
bisa kembali tertawa dan bercanda bersama Aldi. Kembali berbagi cerita dan
kebahagiaan. Apalagi saat Putri tahu bahwa Aldilah yang mendonorkan ginjalnya
untuk menyelamatkan dirinya.
Kini Putri semakin cinta dan sayang
dengan Aldi. Begitu pun sebaliknya, Aldi juga sangat cinta dan sayang dengan Putri.
“Aku
sayaaaang banget sama kamu,” ucap Aldi sambil memegang tangan Putri.
“Iya,
aku juga sayang banget sama kamu. Aku ingin kamu selalu ada disampingku
selamanya,” sahut Putri sambil tersipu
malu.
Kemudian Putri pun memeluk Aldi
dengan mesra. Mereka merasa telah menjadi orang yang paling bahagia di dunia
ini.
0 komentar:
Post a Comment